Oleh : Sandy AP
Bismillah
Sudah lama sekali
sejak membaca novel pertama dari trilogi Negeri 5 Menara ini, dengan judul yang
sama Negeri 5 Menara. Ketiga trilogi tersebut ditulis oleh seorang alumnus
pesantren dan pemborong banyak beasiswa internasional, Ahmad Fuadi. Semua pasti
sudah mafhum tentang bagaimana kisah Alif menjalani perantauannya di Jawa, demi
memenuhi perintah Amaknya yang ingin Alif bersekolah di sekolah agama bukan di
sekolah negeri. Namun ternyata, meski beberapa kali Alif mengalami kebimbangan,
toh ia bertemu teman-teman hebat disana, yakni Sahibul Menara, yang terdiri
dari Atang, Baso, Raja, Dulmajid dan Said. Menceritakan bagaimana serunya
menuntut ilmu dipesantren modern sampai bagaimana mereka merajut mimpi-mimpi
besar di bawah menara. Yang paling mengena buat saya adalah mantra saktinya
“Man Jadda Wajada”.
Sedikit ulasan
dari Negeri 5 Menara, sekarang berlanjut ke novel keduanya yakni Ranah 3 Warna.
Cukup lambat saya tau kalo ternyata Negeri 5 Menara adalah trilogi. Tapi tak
apa, pasti tiada kata terlambat untuk berilmu, bukan begitu ..? J . Novel dengan
tebal 473 lembar ini, dicetak oleh PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011 untuk
cetak pertamanya. Di buku keduanya Bang Fuadi, begitu beliau sering disapa,
menceritakan kehidupan Alif sesudah lulus dari pesantren Madani di Gontor.
Mengisahkan bagaimana perjuangan untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri
demi meneruskan cita-cita kuliah ditempat yang sama dengan bapak Habibi yakni
ITB dengan prodi teknik pesawat terbang.
Namun Allah
memberi jalan lain. Setelah sukses mendapat ijazah SMA dan lolos SNMPTN, Alif
diterima di Universitas Padjajaran Bandung. Dengan pertimbangan kemampuan yang
dimiliki, dipilihlah jurusan HI atau Hubungan Internasional disana. Kemudian
kisah berlanjut tentang kehidupan kampus Alif. Namun tak berselang lama,
ayahanda Alif, dipanggil oleh Allah kembali ke sisi-Nya. Alif muda lalu menjadi
penulis di majalah kampus dan koran-koran untuk menghidupi diri, setelah
sebelumnya bekerja sebagai sales dan guru privat.
Pertemuan
dengan seorang mahasiswa di bus umum membawanya untuk mengikuti program
pertukaran pelajar. Alif tak pernah lupa tentang mimpi-mimpinya dan para
Sahibul Menara, yaitu pergi ke benua Amerika. Setelah proses seleksi ketat,
akhirnya dia bisa mengikuti program pertukaran tersebut ke Kanada, Quebec
tepatnya. Kemudia bergulirlah kisah Alif di Quebec selama 6 bulan. Suka dukanya
hidup disana dan bagaimana ia harus bisa Bahasa Perancis. Belakangan saya baru
tau bahwa cover yang dipakai pada novel sedikit banyak terinspirasi dari
Quebec.
Banyak yang
bisa dipetik dari kisah Alif di Ranah 3 Warna-nya, yaitu gantungkan mimpi
setinggi mungkin, dan lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Dan juga
tidak selamanya yang kita rasa “ini aku banget”, itu memang sesuai dengan kita,
percayalah Allah telah memberi takdir dan jalan terbaik buat kita, meski
mungkin tidak sesuai dengan keinginan. Yang pasti banyak jalan untuk mewujudkan
mimpi-mimpi kita, asalkan kita mau berusaha.
Di novel
kedua, muncul tokoh yang merupakan kawan sekaligus rival Alif, Randai. Ada pula
Raisa, sosok yang memikat kedua hati rival tersebut. Namun siapa yang akhirnya
menang?, tak seru rasanya kalo langsung saya beberkan disini, yang belum baca,
ayo segera baca!!! Supaya kita tertular semangat luar biasa Alif mewujudkan
mimpi. Yang juga tak ketinggalan yakni si mantra sakti, bunyinya Man Shabara Zhafira , siapa yang
bersabar, akan beruntung. Juga going the extra mile , lakukan diatas rata-rata.
Rantau 1 Muara
Inilah dia
novel ketiga dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel dengan cover hijau tosca
cantik ini diterbitkan masih oleh penerbit yang sama, PT Gramedia Pustaka
Utama, dengan tebal buku 405 halaman. Dibuku ketiganya banyak diceritakan
kehidupan Alif selepas lulus dari Unpad. Bingung akan melamar pekerjaan sebagai
apa, Alif memutuskan menjadi seorang wartawan setelah ia merasa cocok dengan
pekerjaan tulis menulis. Derap, merupakan nama surat kabar yang menjadi tempat
bernaungnya. Ditempat inilah Alif bertemu dengan Dinara. Siapa Dinara?
Dinara inilah
yang nantinya akan menjadi orang special, sekaligus kawan menjalani hidup bagi
Alif. Sebelumnya pertemuan dengan Randai telah mengobarkan lagi semangatnya
untuk kembali memperjuangkan cita-citanya, belajar sampai ke luar negeri.
Akhirnya perburuan beasiswa pun dimulai. Setelah berbagai perjuangan dan
kesabaran juga turun tangan Dinara, beasiswa S2 ke Amerika pun tergenggam
sudah. Kemudian konflik muncul ketiga Alif harus pergi S2 ke Amerika sedang ia
mulai menyukai Dinara. Dan ditengah kesibukan Alif kuliah S2 ia pun melamar
Dinara.
Konflik mereda
setelah salah satu pihak mengalah, yakni Dinara. Setelah mereka menikah,
diboyonglah Dinara mengikuti Alif merantau ke Amerika, kehidupan mereka terasa
berat diawal, namun pada akhirnya setelah masa berat berlalu, mereka dapat
menjalani kehidupan yang lebih baik. Dengan berbagai kesenangan dan passion
dalam hal yang sama, mereka bekerja akhirnya memperoleh tempat bekerja yang
sama dan bekerja bersama. Sampai pada kisah WTC 11 September, mereka laporkan
langsung dari tempat kejadian.
Kisah yang
menarik bukan? Namun padaa akhirnya, setelah melanglang buana bersama istrinya,
ia pun bimbang, kemana rantau ini akan bermuara? Di bagian akhir novel ini akan
terjawab pertanyaan besar tersebut. Satu muara yang memang menjadi satu tempat
pulang untuk selamanya. Kisah ketiganya menghadirkan tokoh-tokoh baru, seperti
Mas Garuda, Ustad Fariz, dan beberapa tokoh lain. Lalu apa mantra sakti dari
Alif? Man Saara Ala Darbi Washala , Siapa yang berjalan dijalannya akan sampai
pada tujuan. Kini lengkap sudah ketiga mantra sakti Alif dalam mewujudkan
mimpi. Berusaha keras, lalu berserah kepada Allah SWT, dan percaya bahwa Ia
akan selalu menunjukan jalan dan memberikan kemudahan.
Ada beberapa
potong kejadian kecil yang paling saya suka dari kisah ketiga ini. Seperti
ketika mereka bisa membawa banyak buku pulang dari toko tempat Dinara bekerja.
Kemudian dikatakan disana “ Walau tangan kami pegal linu, kami tertawa-tawa
senang. Rasanya seperti membawa harta karun dan aku sudah tidak sabar untuk
berpesta membaca buku-buku bagus ini setiba di apartemen. Bahagia kami memang
sederhana”. Sebagai orang yang senang membaca juga, saya merasa sangat setuju.
Sampailah di
penghujung review, semoga yang sedikit ini bermanfaat. Tetap percaya bahwa
mimpi besar itu penting, berusaha keras, berdoa dan berserah adalah senjatanya.
Semoga semakin banyak kisah-kisah inspiratif yang peroleh, agar hidup kita juga
lebih termotivasi dan banyak ilmu yang kita dapat. Keep calm and read books J..