Rabu, 20 Maret 2013

@poetry@


Melatiku

Aku menenun rautmu pagi ini
Menghirup jejakmu di dingin gerimis
Menikmati siluet mentari samar
Indah sekali mengulum diperaduanmu
Memekikkan tawaku di hati
Kukagumi bijak biru matamu
Sajak-sajakmu menguntai di tepian dan berkilau
Serasa tak ingin,
Hanya kau tinggalkan satu legomu
Untuk kujadikan penebus sejuk dirimu
Aku pilu, aku tercekat takut
Membiusku lebih sakit dan sakit lagi
Tinggallah. Dan menjadi melatiku
27 pebruari 2013
[ss]
Image source from : http://shadowness.com/ikromibil/love-siluet

#cerpenku#


Buah Madu

                Bismillahirahmanirahhim
                Gerimis. Pertama kalinya disekolahku yang baru. Awalnya aku tak yakin, bahkan dengan kakiku menginjak tanah disini. Tapi tiap aku tak yakin, ku yakinkan lagi, lagi dan lagi. Aku pasti bisa kok. Bisik pertama. Ahaha. Lalu tertawa. Kupikir-pikir lagi, kenapa kemarin aku begitu ngotot pilih sekolah disini. Lalu terbayang deretan alasan dari yang paling terkuat hingga paling lemah. Ya udah yang penting sekarang perbaiki niatmu sayang. Bisik kedua. Tersenyum. Oh diriku agak aneh hari ini.
        Di masa awal masuk seperti biasa acara-acara perkenalan dengan mahasiswa dan seperangkat acara pendukungnya yang lain. Setelah dua hari, tidak sepertinya dari hari pertama, aku agak tersentak dengan kakak-kakak angkatanku disini. Mereka ramah, dan jilbab mereka, jauh dari jilbabku.. besar dan tebal tentu, kalau temanku bilang ‘itu tu taplak meja dipakai buat jilbapan’. Tapi setelah beberapa bulan di situ aku jadi malu sendiri dengan gayaku yang setengah-setengah serta kurang jelas ini. Mungkin panggilan hati.
        Kembali ke masa awal. Aku berkenalan dengan teman-teman baru disini. Aduhh pada dari pondok atau minimal MA lah,, jadi berasa paling aneh. Setelah hari-hari itu aku normal-normal saja menjalani kuliahku. Disini aku masih serampangan aja dalam tindakan dan sikapku karena minimnya pengetahuanku tentang aturan-aturan pondok antar ahkwat dan ihkwannya. Sampai suatu sore aku berjalan dari kantin kampus menuju kampus lagi tentunya sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan temanku yang paling galak, Mauri.
        “ Ari, tau gak sih, aku suka punya idola tiap aku pindah sekolah, ya buat motivasi gitu dech, haha.. kamu gimana?” kataku dengan semangat yang aku kira berlebihan, ditambah kami berjalan di bawah gerimis. Hobyku banget.
        “ Ya gimana ya Ra, aku lagi gak mau mikir begituan, aku mau konsen sama kuliahku, ya paling cuma teman biasa buat sharing.” Jawabnya menyebalkan dan agak melumerkan moodku. Ya elah lumer,, emangnya coklat. Haha
        “ Ari mah gimana, kalau aku kayaknya ada dech,, haha “, tawaku dengan gaya aneh menengadahkan wajah ke langit.
        “ Anak sini, ya elah,, aku gak ada yang tertarik,, haha.. emang siapa sich yang mau kamu jadiin idola ??” seperti biasa ekspresinya sangat datar dan bikin jadi gak pede buat nglanjutin kisahku ini, haha, kisahku??
        Tiba-tiba ada anak ihkwan lewat disamping kami.
        “ Assalamualaikum” sapa Mauri padanya.
“ Waalaikumsalam” jawabnya. Mereka berdua sama-sama datar sedatar jalan pulang ke rumahku. Tapi dialah orang yang aku maksud. Setelah dia berlalu aku lanjutkan argumen-argumen yang menurut Mauri tidak penting.
“ Ya dia tadi lho orangnya, dia itu rajin, ramah, dan rumayan cakep,, haha. Tapi sekarang dia agak beda sich sama yang dulu waktu kita baru diawal-awal tahun ajaran.” Kataku.
“ owh, dia “, datar lagi, sangat datar malah. “ ya emang mungkin orangnya gitu, lihat aja pas aku nyapa tadi, biasa aja.” Sambungnya.
“ Iya sekarang, tapi dia dulu kan ramah, sering ngambilin kunciku kalo ketinggalan dimotor, suka nyapa aku, terus aku balas senyum.” Jawabku aneh sendiri.
“ Ya sekarang kamu tau kan aslinya mereka itu seperti apa. Kita di pondok Ra, mereka pasti jaga sikap mereka, kamu juga, matamu harus dijaga biar gak lirik-lirik sembarangan, haha.” Jawabannya yang menyebalkan ditambah dia tertawa.
        “Iya, tapi aku tetap suka ye… “
        “ ya udah terserah kamu aja.”
        Perbincangan kami berakhir dengan berakhirnya perjalanan pendek kami dari kantin ke kampus. Flashback beberapa bulan yang lalu. Kak Ardy. Awalnya dia basa aja, aku tak begitu peduli dengannya, Cuma yang ku tau dia ramah, kelihatan pintar, mungkin karena ketua organisasi mahasiswa, orangnya humoris dan terakhir, memakai koko di balik jas almamaternya. Dihari terakhir dari 1 minggu acara pengenalan mahasiswa baru itu. Kami mahasiswa baru diajak sharing. Dan pada akhirnya aku sadar, inilah yang akan menjadi duniaku. Dunia yang penuh dengan nuansa islami. Dari situ aku bersemangat baik untuk belajar ilmu terapan terutama ilmu agama. Aku ingin seperti mereka yang dimataku hebat dan penuh semangat berjuang demi kemajuan umat.
        Dan pada masa-masa itu aku tak menyadari akan perhatian beliau “mungkin” yang selalu mengambilkan kunci motor yang ketinggalan, menyapaku tanpa menyapa yang lain, bila kami bertemu di kantin, kami bisa bercanda meski sepatah dua patah kalimat. Namun entah, aku tak tau disengaja atau tidak, setelah hal-hal itu tidak ada lagi, aku merindukannya.
        Waktu demi waktu berjalan, sejak aku menceritakan hal aneh itu kepada Mauri aku jadi semakin memikirkannya. Aku percaya diri sekali, aku pajang foto-fotonya menjadi wallpaper di handphoneku. Aku menjadi sesegar bunga matahari setelah melihat dia, meskipun sebelumnya aku begitu kusut. Karena sekarang dia jarang sekali menyapa kami, tiap dia menyapaku, mungkin sapaan biasa dan wajar, namun bagiku itu seperti rejeki yang belum tentu bisa aku dapat sesering yang aku mau. Sejak saat itu aku penuh harapan dan obsesi, seandainya saja dia… ah mana mungkin. Dia begitu sempurna dimataku, tidak ada yang cacat.
        Hingga suatu hari setelah aku berbincang dengan salah satu teman sekaligus seniorku, kami berbincang bertukar pikiran atau lebih tepatnya guyon masalah pacaran. Beliau menyatakan pandangannya yang kira-kira seperti ini. Dari dulu beliau telah punya prinsip tidak ingin pacaran, dan sampai usia beliau kini 23 tahun beliau tetap memegang teguh prinsipnya. Kemudian megalirlah cerita tentang Ali dan Fatimah Az Zahra anak Nabi SAW. Kedua sejoli itu saling menyimpan cinta mereka untuk yang lain tanpa memperlihatkannya kepada siapapun, dan hal itu telah terjadi sejak pertemuan pertama mereka, mereka menjaganya seolah tak ingin setan tau da menggoda mereka. Hingga suatu hari Rasullulah menjodohkan mereka. Subhanallah besar sekali kuasa Allah.
        Setelahnya aku kemudian berpikir, betapa aku malu setelah menyadari betapa bodohnya diriku. Begitu indah kisah cinta antara Ali dan Fatimah. Sementara aku, malah mempermalukan diriku sendiri dengan menceritakan perasaan yang tidak seharusnya itu kepada orang lain. Sungguh aku malu sekali. Jadi mulai sekarang aku putuskan, kuserahkan semua kepadaNya saja. Aku tak ingin membuat diriku semakin rendah. Aku ingin mendapatkan jodoh terbaik dan juga menjadi jodoh terbaik pula bagi takdir Allah nanti. Jadi kuperbanyak kajianku dan berusa meghilangkan rasa itu dari dalam hati.
4 tahun kemudian..
        Sepulang kerja aku suka mampir ditaman didekat kantor tempatku bekerja. Sejuk nyaman dan rindang sekali. Duduk kembali di kursi yang sama dengan tiga hari yang lalu. Saat seorang teman lama menyapa.
        “ Assalamualaikum ukhti”
        “ Waalaikumsalam,, kak Ardy ya ?”
        “ Iya haha.. ternyata daya ingat Sandra masih bagus.”
        “ Ya kan aku belum tua-tua banget kayak kak Ardy.”
        “ Lhoh kok jadi saling mengejek kita.. haha.. sendirian aja ukh? Gak sama suami ni, hehe ?”
        “ Aku kelihatan udah ibu-ibu ya, aku belum nikah kak,,” aku jengkel.
        “ Sama ya kakak juga belum, padahal kakak kan cakep, cakep dan cakep lagi “
        “ hahaha.. itu adalah kata-kata motivasi diri teraneh yang pernah aku dengar.”
        “ ya ketahuan.. tapi bentar lagi kakak mau lamar calon bidadari kakak haha.. kamu yang sabar ya nunggu lamaran dari pangeran berjenggot “
        “ ye.. ya udah semoga bidadarinya gak salah ngambil keputusan.. haha. Aku duluan kak udah sore banget, mendung pula.. ya udah asalamualaikum..
        “ Waalaikumsalam.. Ra kursimu ketinggalan..”
        “ Ya udah kak Ardy masukin tas kak Ardy aja terus bawa pulang.” Penutup percakapan singkat kami.
        Aku terbangun dari lamunan ketika rintik hujan jatuh ditanganku. Lama tak jumpa dengan kau kak, kau membuat hatiku jadi galau lagi, kau muncul dank au langsung bawa kabar gembira juga sedikit sedih untukku.
        “ Assalamualaikum ukh, sendirian lagi? “
        “ Waalaikum salam kak, iya.. ketemu lagi, gimana  lamaran kakak? “
        “ pengennya sih sukses, semoga dia mau menerima kakak yang cakep ini”
        “ haha.. jadi belum ya? “
        “ Sandra mau jadi bidadari kakak ? “ [ss]