Selasa, 19 Maret 2013


Pelajaran hidup #1 Tanggung Jawab


Waktu itu masih pagi-pagi sekali, sekitar jam 5.45 pagi, aku berangkat dari rumah ke rumah teman untuk menunaikan janjiku 3 atau 5 hari sebelumnya. Hari itu hari minggu. aku sedikit tergesa-gesa berangkat. Lalu adikku bilang, " kak, kalo mau berangkat pagi ya bangun pagi" makjleb langsung ke hati. Pasalnya adikku yang masih kecil dengan kata-katanya yang sederhana seakan langsung menghukumi telak tanpa bisa mengajukan banding. Langsung aku menyadari, aku bangun hampir selalu siang dan langsung siap-siap kuliah, dan dengan sengaja meninggalkan kewajiban dan tanggung jawabku dirumah, seperti menyapu, mencuci, mengurus adikku yang paling kecil. Hal kecil memang. Tapi dari yang kecil itu, bisa menjadi sebesar Bromo, karena sekecil apapun amanah yang diberikan kepada kita, ia tetaplah amanah.
          Dan tidak hanya itu, disepanjang perjalanan ke rumah teman, aku terus memikirkan hal ini, dan kudapati aku semakin tidak bertanggung jawab. Kutinggalkan tugas kuliah dan belajar dengan alasan capek, malas, ngantuk, sementara waktu kuhabiskan untuk main dan bahkan lebih kujadikan prioritas dengan alasan yang sering kukarang-karang sendiri. Bahkan komitmenku untuk menjadikan adik-adikku lebih baik dariku pun, kuhabiskan jatah waktunya untukku bersantai-santai. Dari situ saja kudapati, kulalaikan tanggung-jawabku terhadap orang tua, tanggung jawabku sebagai kakak, tanggung-jawabku terhadap kuliah.
Satu hal lagi yang aku saksikan dijalan yang semakin memperjelas ketidak becusanku sebagai seorang anak, seorang anak berusia sekitar 5 tahun sedang berlari pagi, namun lihat ditangannya, dia membawa seplastik sayuran, mukanya polos, dan pakaiannya sederhana. Serasa dihantam dua kali, aku ingat, sampai usiaku setua ini, aku berbelanja sayur mungkin bisa dihitung. Aku seorang perempuan, calon ibu. tapi tugas-tugas sebagai ibu tidak aku pelajari dari sekarang, sepertinya aku ingin selalu menjadi anak kecil yang menggantungkan dirinya pada ibu, padahal ibu juga akan menua nanti, dan sampai sebesar ini, apa yang telah kupersembakhkan kepada ayah dan ibu selain setumpuk tagihan pembayaran sekolah, dan segala daftar harga barang-barang yang harus dengan susah payah mereka mencarikan penebusnya yaitu uang, untukku. Aku tak pernah belajar berbakti. Dan ketika kusadari, aku tak bisa berjalan mundur lagi, buta tanggung jawab atas hidupku, dan atas baktiku kepada Allah SWT. Tetap berusaha menata diri, introspeksi, untuk menjadi diriku yang lebih bertanggung jawab, lebih memaknai hidup, lebih berbakti pada orang tua, adik-adikku. [ss]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar