Senin, 10 Februari 2014

#Cerbung1(ss)
Kakak, Bagaimana Pagimu Hari Ini?
“ Kakak bagaimana pagimu hari ini? Apakah menyenangkan? “
“ Pagiku selalu tak membuat aku tersenyum jika matahariku telat bangun dan akhirnya bikin kakak nunggu lama “
“ ih kok gitu.. maaf banget kakak, besok aku janji gak akan telat bangun lagi, gak akan begadang malam-malam, dan gak akan banyak makan.. haha “
“ Yang penting kamu nyaman dengan dirimu dan kamu tau apa yang terbaik yang harus kamu lakukan, kamu udah SMA sekarang, bagi orang desa, usiamu sudah dewasa lho.. “
“ aku tau pasti kakak mau bilang aku tua “
“haha.. Enggak, itu kan barusan kamu yang bilang. Kakak kan juga udah mau lulus. Kakak kan laki-laki, pengen cepat dapat kerja dhek, kakak mau merantau keluar kota. “
“ Gak boleh.”
“ Lho kamu gak mau kakak maju? Terus pulang bawain Teddy buat kamu? “
“ bukan gitu, nanti siapa yang boncengi aku ke sekolah, terus siapa yang suka marahi aku kalo telat, terus siapa yang mau ngajari aku bikin.., yang terpenting siapa yang kasih aku kelapa muda..”
“ Dhek kamu udah gedhe, kamu kan bisa jalan kaki ke sekolah biar cepat tinggi, biat bisa manjat pohon kelapa.”
“ kak.. aku gk bisa nyebutin alasan lagi biar kakak gak ninggalin aku, aku cuma pengen kakak gak pergi jauh dari sini, dari hatiku kak, kak aku takut kakak pergi terus kita pisah.”
“ dhek udah lepasin dulu tangannya, kita pakai seragam sekolah lho, nanti kalo kakak udah bisa beli baju pengantin aja ya buatmu dhek. “
“ kak berhenti, aku mau turun.”
“ Lho kenapa? “
“ sepeda kakak kayaknya bocor, dari tadi aku berasa duduk diatas batu. “
“ dhek kamu marah ya, orang ban nya masih isi angin gini dibilang bocor.  Kau hanya perlu percaya, bahwa jika kita satu, maka setengah yang lain tidak akan bisa mengganti posisi pelengkap sebenarnya. Karena jika memang kau dari tulang rusukku dhek, aku bersyukur karena aku telah menjagamu mulai dari aku melihatmu pertama kali. Dan aku tidak mau sekedar menjagamu dan bersamamu tanpa aku bisa memberikan kebahagiaan yang memang pantas ku berikan padamu tercinta.  Mengerti kah kau dhek?
“ Tidak, aku tidak mengerti. Yang aku pahami hanya aku bahagia dan ingin pergi ke pasar segera.”
“ Dhek buat apa? “
“ Buat membagikan kebahagiaan yang aku dapat pagi ini, dari mu kak. “

Bersambung… ^_^
Loving you like loving a novel
Waktu masih menunjukan jam 8 malam di dinding kamarku. Aku berbaring tak tenang, duduk tak tenang, berdiri apalagi. Aku sedang menunggu. Kemana kamu? Kenapa kau tak balas sms dariku.
                Satu bulan sebelumnya temanku bilang padaku.
“ Ta, kamu kenapa? Lagi ada masalah ya? Kok murung terus, kayak gak semangat gitu belajar, apalagi sekarang kamu jadi sering ngantuk ya aku perhatikan, ayo Ta cerita sama aku kamu ada masalah apa? “
“ Gak ada apa-apa kok An, masa iya aku gitu ya? Aku malah gak tau kalo aku sedang seperti itu sekarang.”
“ Sebentar lagi kita ujian lho Ta, kamu harus konsen belajar, apalagi kamu bilang kamu agak kesulitan di Matematika sama Fisika.”
“ Iya An, aku udah nyoba belajar lebih keras, Cuma kadang aku masih kalah sam malas An.”
“ Jangan bilang kamu jadi malas gini karena ada masalah sama Adi, Ta?”
“ Rumayan An, aku serasa kehilangan dia akhir-akhir ini An, aku gak bisa kalo gak mikirin itu. . .”
“ Ta, Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, Tuhan menjodahkan malam dengan siang, laki-laki dan perempuan, hidup dan mati bahkan kesenangan dan kesedihan, lantas kalau kita sudah tahu hal itu pasti ada apakah kita harus menyerah dalam keadaan yang menurut kita sangat buruk, atau kita harus lupa akan keadaan buruk yang bisa menerpa ketika kita menikmati kesenangan. Menurutku Ta, bukan pada tempatnya kamu terlalu menyedihkan hal itu, masalah seperti ini. Ta, masalah sekolah haris lebih kau sedihkan jika kau gagal nanti di akhir, kta sudah berjuang selama tiga tahun, jangan biarkan mimpimu lepas karena hal sepele ini. Kamu mengerti, Ta?
“ An, peluk aku An, aku terlalu lemah oleh godaan nafsu hatiku untuk bersedih, aku terlalu lemah untuk tetap bermuka riang ketika aku sadari kini dia menjauh dariku An, aku terlalu naif untuk menerima bahwa aku ini memang budak kegalauan, An rangkul aku lagi agar aku kuat An. . .!!”
“ Udah Ta, air mata kita terlalu berharga untuk kita jatuhkan hanya demi ini. Ta ayo semangat, jika pun dia meninggalkanmu, masih ada aku. Aku yakin aku bisa menjadi tempatmu berkeluh kesah lebih baik daripada Dia. Ta, ayo janji sama aku, jangan sedih lagi …! “
                Dan waktu itu aku belum bisa menjawab pertanyaan Ana, permintaan Ana supaya aku berjanji untuk tidak bersedih lagi mengenai masalahku dengan Adi. Hari-hari setelah ada menyuntikkan kekuatan hati padaku, aku merasa lebih baik memang, karena selain dari Ana, Adi juga masih menghubungiku meskipun aku merasa sikapnya sudah berubah, dari 7 bulan yang lalu, ketika pertama kali kita memutuskan menjadi sepasang kekasih.
“ Ta, udah sarapan belum?”
“ Belum Di, lapar nih sebenarnya..”
“ Ya udah nih makan aja hati aku, enak lho, aku jamin rasanya manis kayak yang punya hatinya.. “
“ Haha.. Iuhh.. Aku gak doyan hati, hati kan pahit, banyak racunnya, sama kau yakin hatimu itu rasanya asam banget, kan kamu jarang mandi.. “
“ Gitu ya Ta, gak ada yang ngingetin aku buat mandi sih Ta. Eh gimana kalo kamu aja ya Ta, harus mau.”
“ Eittt.. Tunggu,, apa-apaan ini? Ngangkat pegawai kok maksa, gak mau aku.”
“ Serius Ta, jadi pacar Adi?
“ Adi gak lucu banget bercandamu… “
“ Ta, Adi suka Tita..”
Tuttt…
                Saat itu langsung kumatikan telephon sore itu. Karena aku merasa aku juga menyukainya aku pun menerimanya tiga hari kemudian. Awalnya rasa suka ku padanya biasa saja dan masih wajar, bahkan terkadang aku tak menganggapnya, aku bilang bahwa aku tidak sedang berpacaran pada temanku. Tiga bulan kemudian aku baru merasa, ketika kita sangat dekat dan tiba-tiba dia bilang akan pergi keluar kota. Aku cukup kaget, dan sebelum dia berangkat aku pun meminta bertemu dengannya untuk sekedar salam perpisahan. Sejenak saja kita bertemu, karena memang waktu itu tidak memungkinkan bagi kami untuk banyak bertukar kisah satu sama lain.
                Dan hari itu tiba, hari dimana awal perubahan pada dirinya dimulai. Meski hal itu tak pernah aku sadari, kami masih saling menghubungi memang, namun waktu terus merangkak ke depan, ketika aku menceritakan suatu hal padanya, takku tangkap lagi antusiasnya akan cerita-ceritaku itu, bahkan akan diriku, ketika aku menanyakan hal itu, Ia beralasan sedang sibuk bekerja dan waktu luangnya sungguh sedikit. Aku pun mencoba mengerti, mencoba untuk tidak menuntut padanya atas perhatian yang semakin berkurang untukku. Ketika aku berusaha memahaminya, aku temukan banyak sifat yang baik darinya, Ia sangat mandiri, sangat mencintai keluarganya, pemahamannya tentang agama pun jauh lebih baik dariku,aku semakin menaruh hati padanya. Meskipun satu hal yang ketika itu aku abaikan. Bagaimana pendapatnya tentangku, seberapa besar ia memberikan perasaannya untukku.
                Dua minggu setelah aku bercerita kepada Ana bahwa aku merasa Adi berubah sikap padaku, aku bertengkar dengannya.
“ Di, kamu itu kemana aja sih, kenapa lama banget balas smsnya?”
“ Maaf Ta, aku tidur tadi, kan aku habis kerja.”
“ Benar kamu tidur? Kenapa kamu sekarang sering gak ada kalo aku sedang butuh kamu. Aku ngerasa kamu berubah Di.”
“ Berubah gimana Ta, aku masih sama.”
“ Ya udah, aku gak mau bertengkar, aku minta kamu juga sisain sedit aja waktumu dalam satu hari, untk sekedar menyapaku, sekedar memberiku semangat, bisakah?”
“ Aku.. gak bisa janji Ta”
                Yah… perbincangan singkat kami malam itu bukannya menghilangkan rasa gelisahku, tapi membuatnya semakin menjadi-jadi. Aku tak bisa konsentrasi belajar. Aku tak bisa berfikir. Dan akhir dari semua itu adalah layaknya seorang perempuan yang sakit hati, aku menangis.
                Pagi harinya aku berusaha untuk tetap terlihat wajar di depan Ana, dan meskipun aku berhasil menipu Ana, namun aku gagal menipu diriku dari rasa kecewaku pada Adi. Ujian akhir semakin dekat, dan masalah hubunganku dengan Adi pun semakin berlarut-larut. Suatu hari kudapati Adi berbincang akrab dengan seorang perempuan di media jejaring social. Rasa penasaranku memuncak dan kucari tahu informasi lagi lebih banyak tentangnya. Di depan Adi aku pura-pura tidak mengetahui hal itu, karena aku tidak ingin prasangka jelekku semakin merusak hubunganku dengannya. Saat itu rasa takut kehilangannya lebih besar daripada rasa penasaranku akan hubungannya dengan perempuan itu.
                Namun suatu hari dia tak memberi kabar padaku sama sekali, bahkan dia tidak membalas semua sms ku. Malamnya setelah aku marah ia baru membalasnya. Malam itu juga kami bertengkar lagi.
                Hingga datang malam ini, jam 8 tepat di dinding kamarku. Aku merasa sangat kacau, pikiranku penuh dengan rasa sakit hati tak pernah lagi mendapat perhatian darinya. Hatiku kecewa karena ia tidak mau mengerti posisiku yang sangat butuh diberi semangat di detik-deik aku menuju ujian akhir. Aku marah aku tak bisa konsentrasi belajar dan dia tak kunjung membalas sms dariku. Saat kalut itulah, keputusan itu muncul.
“ Adi kamu jahat, kamu egois, kamu udah gak peduli sama aku.. apa jangan-jangan ada orang lain diantara kita sekarang..? “
“ Kamu jangan ngomong seenaknya gitu Ta, gak ada orang lain, aku memang sibuk. Aku minta maaf Ta kalo memang sekarang aku suda tidak bisa seperti dulu lagi.”
“ Aku bosan mendengar jawabanmu yang itu-itu aja, kamu gak ada alasan lain apa yang bisa kamu karang sekedar untuk menyenangkan hatiku?”
“ Tita udah.. aku minta maaf ya?”
“ Setidaknya lihat aku Di, aku tersiksa dengan sikapmu yang seperti  ini, aku mau putus.”
“ Apa? Ta jangan bercanda, kenapa harus putus, aku gak mau.”
“ Aku capek Di, aku selalu merasa perasaanku sekarang hanya sebelah tangan.”
                Kini ku keluarkan semua yang memenuhi hati, membuat aku tak tenang dalam setiap langkah. Kini meski aku tak pernah membencinya, aku melepasnya kuharap tanpanya aku lebih baik dan dia tanpaku lebih baik pula.
Description: C:\Program Files\Microsoft Office\MEDIA\CAGCAT10\j0088542.wmf
Beberapa hal yang baru aku temukan setelah hampir satu tahun aku putus dengannya. Memulai hubungan itu mudah namun menjaganya agar tidak menuai masa-masa bosan itu sulit. Rasa saling pengertian akan kesibukan dan rutinitas masing-masing juga merupakan hal penting dalam menjaga kelanggengan suatu hubungan. Tidak egois, selalu menang sendiri dan selalu mengedepankan ego merupakan duri-duri yang akan membuatnya semakin rapuh.
Dan hal lain yang aku temukan setelah kami putus waktu itu adalah sepertinya ia memang tidak sedih dan kehilangan ketika kami berpisah. Karena kudapati hanya dalam jangka beberapa hari, ia sudah memiliki kekasih baru. Dan perempuan itu adalah perempuan yang sama yang aku curigai dulu sebelum aku meminta putus padanya. Awalnya aku sangat membencinya. Namun lama aku menyadari bahwa semua memang sudah sepantasnya terjadi seperti ini. Namun yang membuatku terkadang masih sedih adalah aku masih terus mengingatnya, meskipun mungkin dia tidak mengingatku lagi, aku masih berharap bisa berhubungan baik dengannya dan meminta maaf atas segala ucapan-ucapanku yang mungkin kurang pantas padanya dan tentu melihat senyumnya. Senyum yang sempat menjadi senyumku mungkin.
Dan satu hal yang mungkin memang tidak bisa aku kendalikan, perasaannya padaku.
“ An, aku dulu bodoh ya?
“ Kenapa aku tidak bisa mencegah orang yang aku harap dekat denganku pergi jauh dan bosan denganku, haha bodoh sekali..”
“ Ta, masih ada aku, Ana. Semua itu sudah jadi masa lalu kan Ta, sekarang yang ada saat ini dn masa depan. Ayo runcingkan pena dan basahi kuas kita. Kita lukis kanvas bari kita dengan hal-hal yang lebih baik.”
“ Ana..”

--The End--

# short story 2 (ss)

Sekedar quote yang ane dapet beberapa hari ini dari perenungan sewaktu dibonceng naik motor, sewaktu duduk ngobrol, sewaktu menjemur baju, dan lupa mana lagi .  ^_^
- Lihatlah berudu kawan, dia masih bisa terus hidup menjadi katak meskipun lingkungan yang dia tempati jelas-jelas tercemar, kotor, bau, dan warna airnya hitam. intinya, jangan mengkambing hitamkan keadaan, seharusnya ketika kita memang punya niat dan kemauan yang kuat, lingkungan bukan terasa sebagai beban, namun tantangan yang ketika kita berhasil menaklukannya, atau berhasil melewatinya, kita pemenang.